D Di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan Jakarta, GPIB Paulus tidak hanya berdiri sebagai bangunan ibadah yang bersejarah, tetapi juga sebagai komunitas misioner yang aktif menghadirkan kasih Kristus di tengah masyarakat. Sebagai bagian dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), GPIB Paulus memiliki mandat yang jelas: menjadi unit misioner, yaitu gereja yang hidup dan aktif melayani bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk dunia di sekitarnya.
Arti Menjadi Unit Misioner
Unit misioner bukan sekadar istilah organisasi atau struktur, melainkan identitas gereja yang menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk mengabarkan Injil dan melayani dalam berbagai aspek kehidupan.
Ini berarti bahwa setiap aktivitas di GPIB Paulus—baik itu ibadah, pelayanan kategorial, hingga kegiatan sosial—selalu diarahkan untuk menjadi kesaksian hidup tentang kasih Allah.
Menjadi unit misioner adalah panggilan untuk keluar dari tembok gereja, menyapa mereka yang tersisih, menolong yang lemah, dan menjadi terang bagi lingkungan sekitar. Ini bukan hanya tanggung jawab pendeta atau penatua, melainkan panggilan setiap anggota jemaat.
Pelayanan yang Kontekstual dan Inklusif
GPIB Paulus menghidupi semangat misioner ini melalui berbagai bentuk pelayanan yang kontekstual dan inklusif. Misalnya, melalui pelayanan sosial bagi masyarakat kurang mampu di sekitar gereja, dukungan terhadap pendidikan anak-anak marginal, serta keterlibatan aktif dalam dialog lintas iman dan kebudayaan.
Sebagai gereja yang berada di kawasan strategis Jakarta Pusat, GPIB Paulus juga berinteraksi dengan berbagai latar belakang sosial dan budaya. Dalam konteks ini, menjadi unit misioner berarti membangun jembatan, bukan tembok; menghadirkan gereja sebagai ruang yang aman, terbuka, dan bersahabat bagi siapa pun yang datang.
Melayani dengan Hati dan Keteladanan
Pelayanan sebagai unit misioner di GPIB Paulus tidak bersifat top-down, melainkan inklusif dan partisipatif. Setiap unsur jemaat, mulai dari anak-anak hingga lansia, diajak untuk berperan aktif dalam pelayanan. Komisi kategorial, tim multimedia, paduan suara, tim diakonia, dan banyak lainnya menjadi contoh nyata bagaimana jemaat terlibat langsung dalam misi gereja.
Melayani bukan hanya soal program dan kegiatan, tetapi tentang menghidupi kasih Kristus dalam keseharian. Sopan santun dalam menyambut tamu, ketulusan saat menjenguk orang sakit, kesetiaan dalam menjadi guru sekolah minggu—semuanya adalah bentuk pelayanan yang sederhana, namun berdampak besar.
Menuju Gereja yang Hidup dan Relevan
GPIB Paulus terus berupaya menjadi gereja yang hidup, relevan, dan berdampak. Menjadi unit misioner berarti tidak berhenti pada rutinitas internal, tetapi juga terus bertanya: “Apa yang bisa gereja lakukan bagi kota ini? Bagi bangsa ini? Bagi dunia ini?”
Melalui semangat misioner, GPIB Paulus berusaha menjadi terang dan garam, bukan dengan megahnya struktur, tetapi dengan kesediaan untuk melayani dengan rendah hati, menyatakan kasih yang nyata, dan menghadirkan harapan di tengah dunia yang penuh tantangan.
Dengan semangat itulah, GPIB Paulus terus berjalan—membawa misi Kristus, melayani dengan kasih, dan setia menjadi gereja yang hidup di zaman ini.